Saturday, December 31, 2011

Aku Akan Selalu Mengejarnya

Sebuah impian yang telah aku mimpikan selama bertahun-tahun harus aku tinggalkan karena aku tahu itu tidak sesuai untukku, karena aku berusaha memilih apa yang aku butuhkan dari pada yang aku sukai.

Meski demikian aku akan selalu mengikuti dan mempelajarinya sebagai bukti bahwa aku pernah memimpikannya dan tidak akan pernah melupakannya.

Sunday, November 27, 2011

Saya Lebih Suka Memasak dengan Api Kecil

Sebuah Analogi

Pernahkan Anda menggoreng ayam, daging, atau apapun yang sejenis itu? Saya yakin hampir semua orang pernah melakukan itu.

Anda lebih memilih menggunakan api kecil atau api besar?

Itu terserah Anda, kalau terburu-buru berangkat kerja mungkin Anda gunakan api besar. Tapi kalau tidak terburu-buru, sebaiknya Anda gunakan api kecil saja, mengapa?

Karena memasak dengan api besar hanya akan membuat bagian luar cepat berubah warna menjadi coklat, jika dibiarkan maka yang terjadi adalah gosong, sehingga dari tampak luar memang matang tapi didalamnya terkadang masih bau amis. Kalau Anda memasak dengan api kecil maka Anda butuh waktu yang tidak secepat memasak dengan api besar, tapi dengan menggunakan api kecil masakan Anda matang secara lebih merata, bagian dalamnya sudah tidak bau amis lagi.

Memasak adalah suatu proses, yang menjadi input adalah barang mentah, semisal ayam, outputnya adalah ayam goreng. Dalam sebuah proses, waktu merupakan variabel penting yang harus diperhatikan, karena biasanya waktu menyangkut dengan banyak hal. Ketika Anda mengalami proses yang lama, bukan berarti Anda tidak bisa memasak. Tapi bisa jadi hasil masakan Anda justru menjadi masakan yang lebih sempurna, apalah artinya Anda bisa memasak secara cepat tapi hasilnya kurang baik?

Jika Anda hebat maka Anda bisa memasak dengan waktu yang singkat, tapi membuahkan hasil yang maksimal. Tapi ingat, hukum alam menyatakan bahwa orang hebat itu tidak banyak, apakah Anda termasuk orang hebat didalamnya?

Saturday, November 5, 2011

IP Bukanlah Ukuran, karena IP Hanyalah Sebuah Pilihan

IP (indeks prestasi) bagi saya hanyalah sebuah pilihan, sama dengan ketika Anda memilih mau naik motor atau naik sepeda, tentu dengan segala konsekuensinya. Jika Anda naik motor, maka Anda akan cepat sampai tujuan, tapi harus mengeluarkan biaya untuk membeli bahan bakar. Tapi jika Anda menggunakan sepeda, Anda tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli bahan bakar, tapi Anda pasti akan merasa lelah karena sudah mengayuh sepeda, dan yang pasti perjalanan akan lebih lama. Tapi keduanya sama, mengantarkan Anda ke tempat yang Anda tuju.

Sayangnya, IP seringkali dijadikan tolok ukur oleh sebagian besar orang. Sebenarnya hal ini sangat wajar, namun akan sangat naif jika hanya menggunakan IP untuk mengukur pribadi seseorang. Maka dari itu, perusahaan melakukan serangkaian tes ketika merekrut karyawan-karyawan baru.

Ketika sekarang Anda sudah diterima dan secara resmi menjadi mahasiswa suatu perguruan tinggi ternama, secara akademis Anda sudah bisa disebut berhasil. Anda sudah bisa dikatakan orang yang hebat, sebab Anda sudah mengalahkan banyak pesaing Anda untuk memperebutkan kursi tersebut.

Selanjutnya Anda akan menerima perkuliahan di bangku yang telah Anda rebut dari banyak pesaing Anda tadi. Apa yang akan Anda lakukan? Disinlah letaknya Anda harus memilih, apakah Anda ingin menjadi mahasiswa dengan IP cumlaude, IP biasa saja, atau bahkan IP yang memalukan? Secara logika Anda pasti akan memilih untuk mendapatkan IP terbaik atau cumlaude, atau minimal IP yang biasa saja.

Pertanyaan selanjutnya, setelah Anda menentukan pilihan. Apakah Anda mau menerima pilihan tersebut dengan segala konsekuensinya? Disinilah hati Anda akan berbicara. Banyak dari Anda bisa memilih namun tidak mampu menerima konsekuensi sehingga Anda putus asa ditengah jalan, tentu dengan berbagai alasan yang muncul.

Setelah hati Anda berbicara, barulah fisik Anda yang bekerja. Ketika Anda sudah memilih, dan Anda bersedia menerima pilihan itu dengan segala konsekuensinya. Tapi ditengah perjalan Anda tiba-tiba mengalami sakit, yang mengharuskan Anda untuk beristirahat dalam jangka waktu yang lama? Lantas apa jadinya? Pilihan Anda akan lenyap begitu saja.

Hal ini dikarenakan manusia memiliki tiga komponen utama, yaitu akal, hati, dan fisik. Masing-masing akan memberikan satu kata kunci, yaitu tau, mau, dan mampu.

Tuesday, November 1, 2011

Kewajiban Mahasiswa Hanyalah Mempersiapkan Diri

Masa depan, mau tidak mau pasti akan datang, mau tidak mau akan semakin tua. Jika Anda adalah seorang mahasiswa, cepat atau lambat Anda pasti akan lulus. Setelah lulus Anda harus mencari nafkah untuk diri Anda sendiri, dan juga untuk anak dan istri Anda nantinya.

Lantas pertanyaan yang timbul, sudahkah Anda siap?


Waktu menjadi mahasiswa, harus Anda optimalkan diri Anda untuk mempersiapkan itu semua. Ketika Anda masih SMA, Anda akan mempunyai segudang tugas yang harus Anda selesaikan, kewajiban mengikuti bimbingan belajar dan sebagainya. Tapi ketika Anda menjadi mahasiswa, Anda akan lebih leluasa mengatur waktu Anda. Disinilah waktu yang sangat tepat untuk mempersiapkan diri.

Secara garis besar, ada 3 jalan bagi seseorang untuk mencari nafkah, diurutkan mulai dari yang paling mulia (versi saya pribadi):

Tenaga Pengajar

Tenaga pengajar yang dimaksud adalah dosen, guru, ustadz, pak kiyai, guru spiritual, dsb. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang paling mulia dan paling membawa keberkahan, meski kompensasi (dibaca gaji) yang diterima terkadang tidak sepadan. Dengan menjadi seorang pengajar, doa orang-orang yang telah Anda bimbing akan terus mengalir ke diri Anda, sekalipun Anda telah tidur dengan tenang di liang kubur nanti.

Jika Anda berencana untuk mewujudkan itu, mulai sekarang Anda harus mempersiapkannya, agar nanti Anda benar-benar menjadi seorang pengajar yang handal. Jika Anda berniat menjadi seorang dosen, maka sudah mulai saat ini Anda harus membaca lebih dari teman-teman Anda. Anda sudah harus membiasakan diri dengan berbagai jurnal, riset, dsb.

Pengusaha

Tentu yang dimaksud adalah pengusaha yang jujur, bukan pengusaha yang sering menyuap birokrasi untuk melancarkan bisnisnya. Penguasaha merupakan pekerjaan yang mulia karena pengusaha telah memberikan kehidupan kepada orang lain, orang lain bisa mendapatkan kesejahteraan lebih di perusahaan Anda. Coba Anda bayangkan, betapa senangnya orang yang semula kehidupannya tak menentu, besok ia bisa makan atau tidak, ia tidak tahu, karena amat kekurangan. Tapi ketika ia bekerja di peusahaan Anda, ia mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Mulai saat ini, jika Anda benar-benar ingin menjadi seorang pengusaha, terlepas di bidang apa usaha Anda nanti. Mulai sekarang Anda sudah harus berlatih untuk jeli melihat kondisi pasar, Anda sudah harus mulai membangun network, Anda sudah harus mulai belajar bekerja keras, dan yang tak kalah penting Anda juga harus mulai bisa untuk bernegosiasi.

Pekerja

Dimanapun Anda bekerja, selama pekerjaan itu halal, Anda harus tetap mengupayakannya meski itu susah. Dengan menjadi seorang pekerja Anda telah mejadi orang yang mulia karena telah berupaya dengan semaksimal mungkin untuk memberi kehidupan kepada keluarga Anda. Setidaknya ketika Anda berniat menjadi seorang pekerja, Anda harus mulai belajar untuk berkoordinasi dengan orang lain. Lebih tepatnya Anda harus belajar untuk berorganisasi, mengkoordinir staff, melaporkan kepada atasan, menyampaikan gagasan, dsb.

Dengan adanya tujuan yang jelas, saat ini Anda bisa memberikan prioritas pada bidang-bidang yang ingin Anda masuki di masa depan nanti. Jika Anda beniat menjadi dosen, mungkin IP 3,7 itu haram hukumnya, sebab seorang pengajar harus benar-benar tau tentang apa yang diajarkannnya. Jika Anda berniat menjadi pengusaha, mungkin IP minimal 3,00 itu sudah cukup, dengan catatan Anda juga serius untuk belajar menjadi pengusaha yang handal. Jadi Anda belajar dengan 2 beban sekaligus, yakni akademis dan non akademis (belajar menjadi pengusaha). Tapi akan sangat mengagumkan ketika dengan 2 beban ini, Anda tetap bisa meraih cumlaude. Kalau Anda ingin menjadi pekerja, mulai sekarang Anda harus belajar untuk menjadi orang yang patuh dengan tidak mencoba melawan arus, sebab ketika Anda mencoba melakukuan itu, bisa-bisa bos Anda memecat Anda. :)

Tuesday, October 25, 2011

Memiliki Dua Sisi Kehidupan Itu Perlu

Mengapa Anda perlu memiliki dua sisi kehidupan?

Ketika Anda hidup di masyarakat, sudah hampir bisa dipastikan Anda akan hidup dengan beragam tipe manusia. Dengan berbagai latar belakang yang ada, mau tidak mau Anda harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Hal ini agar hubungan baik Anda dengan orang di lingkungan Anda tetap terjaga.

Secara umum sifat manusia adalah ingin dimengerti, jadi sebaiknya Anda mengerti tentang orang lain, sebelum Anda ingin dimengerti oleh orang lain. Ketika Anda hidup di lingkungan orang yang suka dengan humor, Anda harus bisa mengikuti humor mereka, minimal dengan membalas lelucon mereka dengan senyuman, jika Anda tidak bisa membalas dengan lelucon serupa. Hal ini penting untuk Anda lakukan, sekalipun Anda merupakan tipikal orang serius yang tidak suka humor.

Dan yang paling penting, jangan coba-coba memulai topik pembicaraan yang berlawanan dengan orang di lingkungan Anda. Misalnya Anda hidup lingkungan dengan latar belakang masyarakat yang pendidikannya rendah, maka sudah selayaknya Anda berusaha untuk bergaya seperti mereka. Jika Anda berniat memberikan edukasi kepada mereka, maka ini harus dilakukan secara bertahap. Semisal Anda setuju dengan rencana pemerintah untuk mendirikan PLTN, dan Anda ingin mensosialisasikan hal ini kepada masyarakat. Maka Anda tidak bisa dengan serta merta mengatakan bahwa Indonesia harus mendirikan PLTN sekalipun Anda sudah paham betul dengan cara kerja PLTN itu sendiri. Upaya ini harus Anda lakukan bertahap.

Dengan memiliki dua sisi kehidupan, bukan berarti Anda hidup tanpa karakter, akan tetapi semua ini didasarkan pada keinginan bahwa Anda ingin menyesuaikan diri, bersosialisasi dengan masyarakat sekitar Anda tanpa menghilangkan karatker asli pribadi Anda.

Sunday, June 5, 2011

Pindah Rumah

Blog saya pindah ke alamat Ibnmalik.net.

Wednesday, May 11, 2011

Arti Penting Sebuah Visi

Sebuah analogi

Saya bersama teman saya rutin bermain bulutangkis pada hari Sabtu pagi, namun ada satu hal yang membedakan kami berdua, hal itu adalah niat. Saya bermain bulutagkis karena hanya ingin memenuhi kebutuhan diri saya, yaitu olahraga. Sudah bukan hal yang asing lagi bahwa setiap manusia wajib memiliki pola hidup yang sehat, salah satunya adalah dengan olahraga rutin. Berbeda lagi dengan teman saya, dia bermain bulutangkis karena dia ingin menjadi seorang pebulutangkis handal yang akan menggantikan Sony Dwi Kuncoro di ajang kompetisi bulutangkis internasional.

Niat adalah sesuatu yang kecil, tak terlihat, namun memiliki dampak yang luas. Karena hal inilah saya puas ketika dapat bermain bulutangkis dan mengeluarkan banyak keringat, entah cara saya dalam memegang raket sudah benar atau belum, tidak masalah. Yang penting saya sudah berolahraga, saya sudah merasa puas. Tidak demikian dengan teman saya, bagi dia cara memegang raket adalah ilmu dasar yang harus dikuasai pebulutangkis sebelum beranjak ke ilmu atau teknik-teknik permainan yang lain.

Di luar lapangan bulutangkis, aktivitas yang kami lakukan pun berbeda. Ketika ada waktu luang, saya lebih memilih untuk beristirahat, nonton TV, main facebook, baca-baca buku, komik, dsb. Akan tetapi teman saya lebih memilih untuk jogging, skipping, sit up, push up, dan kegiatan-kegiatan lain yang mampu menunjang kekuatan fisiknya, karena ia sadar bahwa seorang atlit harus memiliki kekuatan fisik yang cukup. Semua perbedaan ini adalah karena niat, niat awal yang kita tanamkan mencerminkan seluruh gerak langkah kita.

Memang seperti itulah niat, anda tidak akan mungkin melangkah ketika anda tidak berniat untuk melangkah, anda tidak akan munkin pergi ketika anda tidak pernah berniat untuk pergi. Dan niat adalah urusan yang sangat pribadi, niat muncul dari kesadaran kita. Maka dari itu anda tidak pantas mengingkan seseorang untuk menjadi seperti anda, sebelum ada niat yang sama antara anda dan orang itu. Niat adalah pilihan, seseorang bisa saja memiliki niat yang baik, atau bahkan niat yang buruk. Tidak ada yang bisa memaksa seseorang untuk menjadi baik atau buruk, yang masih bisa anda lakukan hanyalah mempengaruhi, selebihnya adalah hak orang itu untuk memilih. Dan setiap pilihan mimiliki konsekuensinya..

Monday, February 7, 2011

Warnai Hari Kita

Setiap orang pasti memiliki kesibukan tersendiri, sesuai dengan bidangnya masing-masing. Bagi para siswa, mereka sibuk dengan sekolahnya, mahasiswa sibuk dengan kuliahnya, pengusaha sibuk dengan bisnisnya, dan tentu karyawan sibuk dengan pekerjaannya. Akan tetapi, kita sadari atau tidak, kesibukan-kesibukan tersebut sangat menyita hampir seluruh waktu yang kita miliki. Sehingga hari-hari kita hanya terisi oleh kegiatan tersebut, kalaupun ada hari libur mungkin hanya kita gunakan untuk isrtirahat saja. Tak heran jika hari-hari kita terasa sangat membosankan, layaknya melihat foto monokrom zaman dulu, yang isinya hanya hitam dan putih.

Pernahkah kita berfikir dan menyadari bahwa setiap dari kita pasti memiliki hobi atau ketertarikan terhadap bidang-bidang tertentu. Misalnya musik, seni, tari, bela diri, menggambar, desain, teknologi, dan sebagainya. Sebenarnya kita mampu membuat hari kita lebih berwarna dengan kegiatan-kegiatan tersebut, dan yang paling penting kita tidak perlu takut bahwa akfivitas utama kita akan terganggu dengan kegiatan tersebut. Karena kehidupan kita tidak seperti bola yang hanya memiliki satu sisi saja.

Kehidupan ini layaknya sebuah berlian yang memiliki banyak sisi dengan kilauannya yang khas. Bidang yang sedang kita tekuni saat ini, atau apapun kegiatan utama kita, hanyalah salah satu cahaya kilauan sebuah berlian. Atau dengan bahasa yang lain, itu hanya salah satu pesona diri kita. Tapi bagaimana dengan sisi kehidupan kita yang lain? Kehidupan ini luas, dan mencakup banyak aspek. Dan kita tidak layak mengatakan bahwa hidup kita berakhir atau gagal ketika kita hanya melihatnya hanya dari satu sisi saja. Sudahkah kita membagi waktu sesuai dengan porsinya? Sudahkah diri kita berkilau layaknya berlian yang dilihat dari berbagai sisi? Jangan sampai kita sangat berkilau dari depan, tapi sangt suram jika dilihat dari belakang atau samping.

Maka dari itu, sudah selayaknya kita terus berusaha dan belajar terus menerus untuk mengembangkan cahya yang kita miliki, dengan kegiatan-kegiatan yang positif yang mampu memberikan kilauan yang menjadi ciri khas kita di mata orang lain dan tentunya Sang Pencipta.