Sunday, November 27, 2011

Saya Lebih Suka Memasak dengan Api Kecil

Sebuah Analogi

Pernahkan Anda menggoreng ayam, daging, atau apapun yang sejenis itu? Saya yakin hampir semua orang pernah melakukan itu.

Anda lebih memilih menggunakan api kecil atau api besar?

Itu terserah Anda, kalau terburu-buru berangkat kerja mungkin Anda gunakan api besar. Tapi kalau tidak terburu-buru, sebaiknya Anda gunakan api kecil saja, mengapa?

Karena memasak dengan api besar hanya akan membuat bagian luar cepat berubah warna menjadi coklat, jika dibiarkan maka yang terjadi adalah gosong, sehingga dari tampak luar memang matang tapi didalamnya terkadang masih bau amis. Kalau Anda memasak dengan api kecil maka Anda butuh waktu yang tidak secepat memasak dengan api besar, tapi dengan menggunakan api kecil masakan Anda matang secara lebih merata, bagian dalamnya sudah tidak bau amis lagi.

Memasak adalah suatu proses, yang menjadi input adalah barang mentah, semisal ayam, outputnya adalah ayam goreng. Dalam sebuah proses, waktu merupakan variabel penting yang harus diperhatikan, karena biasanya waktu menyangkut dengan banyak hal. Ketika Anda mengalami proses yang lama, bukan berarti Anda tidak bisa memasak. Tapi bisa jadi hasil masakan Anda justru menjadi masakan yang lebih sempurna, apalah artinya Anda bisa memasak secara cepat tapi hasilnya kurang baik?

Jika Anda hebat maka Anda bisa memasak dengan waktu yang singkat, tapi membuahkan hasil yang maksimal. Tapi ingat, hukum alam menyatakan bahwa orang hebat itu tidak banyak, apakah Anda termasuk orang hebat didalamnya?

Saturday, November 5, 2011

IP Bukanlah Ukuran, karena IP Hanyalah Sebuah Pilihan

IP (indeks prestasi) bagi saya hanyalah sebuah pilihan, sama dengan ketika Anda memilih mau naik motor atau naik sepeda, tentu dengan segala konsekuensinya. Jika Anda naik motor, maka Anda akan cepat sampai tujuan, tapi harus mengeluarkan biaya untuk membeli bahan bakar. Tapi jika Anda menggunakan sepeda, Anda tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli bahan bakar, tapi Anda pasti akan merasa lelah karena sudah mengayuh sepeda, dan yang pasti perjalanan akan lebih lama. Tapi keduanya sama, mengantarkan Anda ke tempat yang Anda tuju.

Sayangnya, IP seringkali dijadikan tolok ukur oleh sebagian besar orang. Sebenarnya hal ini sangat wajar, namun akan sangat naif jika hanya menggunakan IP untuk mengukur pribadi seseorang. Maka dari itu, perusahaan melakukan serangkaian tes ketika merekrut karyawan-karyawan baru.

Ketika sekarang Anda sudah diterima dan secara resmi menjadi mahasiswa suatu perguruan tinggi ternama, secara akademis Anda sudah bisa disebut berhasil. Anda sudah bisa dikatakan orang yang hebat, sebab Anda sudah mengalahkan banyak pesaing Anda untuk memperebutkan kursi tersebut.

Selanjutnya Anda akan menerima perkuliahan di bangku yang telah Anda rebut dari banyak pesaing Anda tadi. Apa yang akan Anda lakukan? Disinlah letaknya Anda harus memilih, apakah Anda ingin menjadi mahasiswa dengan IP cumlaude, IP biasa saja, atau bahkan IP yang memalukan? Secara logika Anda pasti akan memilih untuk mendapatkan IP terbaik atau cumlaude, atau minimal IP yang biasa saja.

Pertanyaan selanjutnya, setelah Anda menentukan pilihan. Apakah Anda mau menerima pilihan tersebut dengan segala konsekuensinya? Disinilah hati Anda akan berbicara. Banyak dari Anda bisa memilih namun tidak mampu menerima konsekuensi sehingga Anda putus asa ditengah jalan, tentu dengan berbagai alasan yang muncul.

Setelah hati Anda berbicara, barulah fisik Anda yang bekerja. Ketika Anda sudah memilih, dan Anda bersedia menerima pilihan itu dengan segala konsekuensinya. Tapi ditengah perjalan Anda tiba-tiba mengalami sakit, yang mengharuskan Anda untuk beristirahat dalam jangka waktu yang lama? Lantas apa jadinya? Pilihan Anda akan lenyap begitu saja.

Hal ini dikarenakan manusia memiliki tiga komponen utama, yaitu akal, hati, dan fisik. Masing-masing akan memberikan satu kata kunci, yaitu tau, mau, dan mampu.

Tuesday, November 1, 2011

Kewajiban Mahasiswa Hanyalah Mempersiapkan Diri

Masa depan, mau tidak mau pasti akan datang, mau tidak mau akan semakin tua. Jika Anda adalah seorang mahasiswa, cepat atau lambat Anda pasti akan lulus. Setelah lulus Anda harus mencari nafkah untuk diri Anda sendiri, dan juga untuk anak dan istri Anda nantinya.

Lantas pertanyaan yang timbul, sudahkah Anda siap?


Waktu menjadi mahasiswa, harus Anda optimalkan diri Anda untuk mempersiapkan itu semua. Ketika Anda masih SMA, Anda akan mempunyai segudang tugas yang harus Anda selesaikan, kewajiban mengikuti bimbingan belajar dan sebagainya. Tapi ketika Anda menjadi mahasiswa, Anda akan lebih leluasa mengatur waktu Anda. Disinilah waktu yang sangat tepat untuk mempersiapkan diri.

Secara garis besar, ada 3 jalan bagi seseorang untuk mencari nafkah, diurutkan mulai dari yang paling mulia (versi saya pribadi):

Tenaga Pengajar

Tenaga pengajar yang dimaksud adalah dosen, guru, ustadz, pak kiyai, guru spiritual, dsb. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang paling mulia dan paling membawa keberkahan, meski kompensasi (dibaca gaji) yang diterima terkadang tidak sepadan. Dengan menjadi seorang pengajar, doa orang-orang yang telah Anda bimbing akan terus mengalir ke diri Anda, sekalipun Anda telah tidur dengan tenang di liang kubur nanti.

Jika Anda berencana untuk mewujudkan itu, mulai sekarang Anda harus mempersiapkannya, agar nanti Anda benar-benar menjadi seorang pengajar yang handal. Jika Anda berniat menjadi seorang dosen, maka sudah mulai saat ini Anda harus membaca lebih dari teman-teman Anda. Anda sudah harus membiasakan diri dengan berbagai jurnal, riset, dsb.

Pengusaha

Tentu yang dimaksud adalah pengusaha yang jujur, bukan pengusaha yang sering menyuap birokrasi untuk melancarkan bisnisnya. Penguasaha merupakan pekerjaan yang mulia karena pengusaha telah memberikan kehidupan kepada orang lain, orang lain bisa mendapatkan kesejahteraan lebih di perusahaan Anda. Coba Anda bayangkan, betapa senangnya orang yang semula kehidupannya tak menentu, besok ia bisa makan atau tidak, ia tidak tahu, karena amat kekurangan. Tapi ketika ia bekerja di peusahaan Anda, ia mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Mulai saat ini, jika Anda benar-benar ingin menjadi seorang pengusaha, terlepas di bidang apa usaha Anda nanti. Mulai sekarang Anda sudah harus berlatih untuk jeli melihat kondisi pasar, Anda sudah harus mulai membangun network, Anda sudah harus mulai belajar bekerja keras, dan yang tak kalah penting Anda juga harus mulai bisa untuk bernegosiasi.

Pekerja

Dimanapun Anda bekerja, selama pekerjaan itu halal, Anda harus tetap mengupayakannya meski itu susah. Dengan menjadi seorang pekerja Anda telah mejadi orang yang mulia karena telah berupaya dengan semaksimal mungkin untuk memberi kehidupan kepada keluarga Anda. Setidaknya ketika Anda berniat menjadi seorang pekerja, Anda harus mulai belajar untuk berkoordinasi dengan orang lain. Lebih tepatnya Anda harus belajar untuk berorganisasi, mengkoordinir staff, melaporkan kepada atasan, menyampaikan gagasan, dsb.

Dengan adanya tujuan yang jelas, saat ini Anda bisa memberikan prioritas pada bidang-bidang yang ingin Anda masuki di masa depan nanti. Jika Anda beniat menjadi dosen, mungkin IP 3,7 itu haram hukumnya, sebab seorang pengajar harus benar-benar tau tentang apa yang diajarkannnya. Jika Anda berniat menjadi pengusaha, mungkin IP minimal 3,00 itu sudah cukup, dengan catatan Anda juga serius untuk belajar menjadi pengusaha yang handal. Jadi Anda belajar dengan 2 beban sekaligus, yakni akademis dan non akademis (belajar menjadi pengusaha). Tapi akan sangat mengagumkan ketika dengan 2 beban ini, Anda tetap bisa meraih cumlaude. Kalau Anda ingin menjadi pekerja, mulai sekarang Anda harus belajar untuk menjadi orang yang patuh dengan tidak mencoba melawan arus, sebab ketika Anda mencoba melakukuan itu, bisa-bisa bos Anda memecat Anda. :)