Saturday, November 5, 2011

IP Bukanlah Ukuran, karena IP Hanyalah Sebuah Pilihan

IP (indeks prestasi) bagi saya hanyalah sebuah pilihan, sama dengan ketika Anda memilih mau naik motor atau naik sepeda, tentu dengan segala konsekuensinya. Jika Anda naik motor, maka Anda akan cepat sampai tujuan, tapi harus mengeluarkan biaya untuk membeli bahan bakar. Tapi jika Anda menggunakan sepeda, Anda tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli bahan bakar, tapi Anda pasti akan merasa lelah karena sudah mengayuh sepeda, dan yang pasti perjalanan akan lebih lama. Tapi keduanya sama, mengantarkan Anda ke tempat yang Anda tuju.

Sayangnya, IP seringkali dijadikan tolok ukur oleh sebagian besar orang. Sebenarnya hal ini sangat wajar, namun akan sangat naif jika hanya menggunakan IP untuk mengukur pribadi seseorang. Maka dari itu, perusahaan melakukan serangkaian tes ketika merekrut karyawan-karyawan baru.

Ketika sekarang Anda sudah diterima dan secara resmi menjadi mahasiswa suatu perguruan tinggi ternama, secara akademis Anda sudah bisa disebut berhasil. Anda sudah bisa dikatakan orang yang hebat, sebab Anda sudah mengalahkan banyak pesaing Anda untuk memperebutkan kursi tersebut.

Selanjutnya Anda akan menerima perkuliahan di bangku yang telah Anda rebut dari banyak pesaing Anda tadi. Apa yang akan Anda lakukan? Disinlah letaknya Anda harus memilih, apakah Anda ingin menjadi mahasiswa dengan IP cumlaude, IP biasa saja, atau bahkan IP yang memalukan? Secara logika Anda pasti akan memilih untuk mendapatkan IP terbaik atau cumlaude, atau minimal IP yang biasa saja.

Pertanyaan selanjutnya, setelah Anda menentukan pilihan. Apakah Anda mau menerima pilihan tersebut dengan segala konsekuensinya? Disinilah hati Anda akan berbicara. Banyak dari Anda bisa memilih namun tidak mampu menerima konsekuensi sehingga Anda putus asa ditengah jalan, tentu dengan berbagai alasan yang muncul.

Setelah hati Anda berbicara, barulah fisik Anda yang bekerja. Ketika Anda sudah memilih, dan Anda bersedia menerima pilihan itu dengan segala konsekuensinya. Tapi ditengah perjalan Anda tiba-tiba mengalami sakit, yang mengharuskan Anda untuk beristirahat dalam jangka waktu yang lama? Lantas apa jadinya? Pilihan Anda akan lenyap begitu saja.

Hal ini dikarenakan manusia memiliki tiga komponen utama, yaitu akal, hati, dan fisik. Masing-masing akan memberikan satu kata kunci, yaitu tau, mau, dan mampu.

No comments: