Sunday, January 8, 2012

Ilmuwan tidak Boleh Bohong, tapi Boleh Salah

Ilmuwan tidak boleh bohong tapi boleh salah, sedangkan politisi boleh bohong tapi tidak boleh salah.


Itulah sebenarnya kutipan yang hendak saya bahas pada tulisan ini.

Memang benar bahwa ilmuwan tidak boleh bohong tapi boleh salah, suatu misal apabila seorang ilmuwan melakukan riset lalu gagal. Maka ia tidak boleh mengatakan bahwa risetnya berhasil, sebab hal itu hanya akan menyesatkan para ilmuwan lainnya. Ilmuwan tersebut harus mengatakan bahwa risetnya gagal serta membahas mengapa kegagalan itu dapat terjadi. Dengan demikian ilmuwan lainnya dapat menyempurnakan riset yang gagal tersebut pada aspek yang diduga menjadi penyebab kegagalan.

Politisi harus selalu benar, bahkan jika perlu ia harus berbohong. Terkadang ada saja hal-hal yang harus ditutupi oleh seorang politisi demi kebaikan yang lebih besar. Misalnya ada isu keamanan yang apabila secara langsung diberitahukan kepada masyarakat suatu negara, maka akan menimbulkan ancaman stabilitas nasional.

Sisi ilmuwan dan sisi potilik secara alami ada dalam diri manusia sekalipun manusia itu bukan seorang ilmuwan ataupun seorang politisi, bagaimana bisa?

Sisi ilmuwan yang tidak membolehkan manusia untuk berbohong salah satunya ketika seseorang dihadapkan pada suatu kondisi jalan yang macet hingga berjam-jam. Lalu orang itu mencoba mencari jalur alternatif, akan tetapi orang itu gagal karena jalan tersebut buntu lalu ia kembali ke jalur utama yang sedang macet. Dalam perjalanan kembali menuju jalur utama ia mendapati pengendara lain yang sedang menuju arah jalan buntu, maka harus dikatakan bahwa jalan itu bukan jalur alternatif karena jalan buntu.

Sisi politis ada dalam diri manusia setidaknya karena satu hal, yaitu kepentingan. Kepentingan tidak hanya ada pada lingkup negara atau pemerintahan saja, kepentingan ada di organisasi, institusi, perusahaan, dsb. Sebagai contoh, ada dua orang ilmuwan dari bidang sains dan teknik yang sedang melakukan riset pada suatu lab yang saat ini sedang dikepalai oleh orang dari bidang sains. Akan tetapi kepala lab tersebut mendapat tugas lain sehingga harus meninggalkan jabatannya, lalu ia menunjuk seorang dari bidang sains juga untuk menggantikan posisinya. Bukan tidak lain hal ini dikarenakan kepentingan, lebih tepatnya agar kepentingan ilmuwan yang sedang riset pada bidang sains tetap aman dan lancar.

Manusia tidak bisa menjadi seorang ilmuwan lalu mematikan sisi politisnya, atau menjadi seorang politisi yang mematikan sisi ilmuwan dalam dirinya. Jika tidak percaya lihatlah organisasi yang di dalamnya terjadi tarik ulur kepentingan antar kelompok hitam dan putih, kiri dan kanan, dsb.

No comments: