Sebuah analogi
Saya bersama teman saya rutin bermain bulutangkis pada hari Sabtu pagi, namun ada satu hal yang membedakan kami berdua, hal itu adalah niat. Saya bermain bulutagkis karena hanya ingin memenuhi kebutuhan diri saya, yaitu olahraga. Sudah bukan hal yang asing lagi bahwa setiap manusia wajib memiliki pola hidup yang sehat, salah satunya adalah dengan olahraga rutin. Berbeda lagi dengan teman saya, dia bermain bulutangkis karena dia ingin menjadi seorang pebulutangkis handal yang akan menggantikan Sony Dwi Kuncoro di ajang kompetisi bulutangkis internasional.
Niat adalah sesuatu yang kecil, tak terlihat, namun memiliki dampak yang luas. Karena hal inilah saya puas ketika dapat bermain bulutangkis dan mengeluarkan banyak keringat, entah cara saya dalam memegang raket sudah benar atau belum, tidak masalah. Yang penting saya sudah berolahraga, saya sudah merasa puas. Tidak demikian dengan teman saya, bagi dia cara memegang raket adalah ilmu dasar yang harus dikuasai pebulutangkis sebelum beranjak ke ilmu atau teknik-teknik permainan yang lain.
Di luar lapangan bulutangkis, aktivitas yang kami lakukan pun berbeda. Ketika ada waktu luang, saya lebih memilih untuk beristirahat, nonton TV, main facebook, baca-baca buku, komik, dsb. Akan tetapi teman saya lebih memilih untuk jogging, skipping, sit up, push up, dan kegiatan-kegiatan lain yang mampu menunjang kekuatan fisiknya, karena ia sadar bahwa seorang atlit harus memiliki kekuatan fisik yang cukup. Semua perbedaan ini adalah karena niat, niat awal yang kita tanamkan mencerminkan seluruh gerak langkah kita.
Memang seperti itulah niat, anda tidak akan mungkin melangkah ketika anda tidak berniat untuk melangkah, anda tidak akan munkin pergi ketika anda tidak pernah berniat untuk pergi. Dan niat adalah urusan yang sangat pribadi, niat muncul dari kesadaran kita. Maka dari itu anda tidak pantas mengingkan seseorang untuk menjadi seperti anda, sebelum ada niat yang sama antara anda dan orang itu. Niat adalah pilihan, seseorang bisa saja memiliki niat yang baik, atau bahkan niat yang buruk. Tidak ada yang bisa memaksa seseorang untuk menjadi baik atau buruk, yang masih bisa anda lakukan hanyalah mempengaruhi, selebihnya adalah hak orang itu untuk memilih. Dan setiap pilihan mimiliki konsekuensinya..
No comments:
Post a Comment